tag:blogger.com,1999:blog-87956088250210224922024-03-05T08:00:17.470-08:00Menggaruk OtakUntuk Mengerti, Jangan Anggap SeriusPanji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-8795608825021022492.post-47818261734310853862014-03-30T19:48:00.002-07:002014-03-30T20:03:45.331-07:00The Raid 2: Siapa yang Butuh Bernafas?<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCAzPpR8HDpCm0ObeDJiO_3ktzaqffQLLw2nBmYfa7HKAsekJNS4iWaEaGhWCNrxqY3Mx5V-0pKsZHip68JS-kZxmizoFqK8Lm0Ro82onrRNy6A6gf2py1pyU7zafHADYs2brbpmIB1TE/s1600/the+raid.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCAzPpR8HDpCm0ObeDJiO_3ktzaqffQLLw2nBmYfa7HKAsekJNS4iWaEaGhWCNrxqY3Mx5V-0pKsZHip68JS-kZxmizoFqK8Lm0Ro82onrRNy6A6gf2py1pyU7zafHADYs2brbpmIB1TE/s1600/the+raid.jpg" height="198" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"> Pertama, film ini dimulai tanpa
ada bumper apapun,<i> gak</i> ada tulisan apapun, <i>gak</i> ada alarm, bahkan kita <i>gak</i> tau film
ini sudah mulai atau masih salah satu iklan Demokrat di bioskop. Ceritanya
berawal beberapa jam setelah insiden penyerbuan gedung di The Raid pertama.
Jika di The Raid pertama penyerbuan selesai pada sekitar siang hari, The Raid 2
menyambung pada kejadian-kejadian di sore harinya dengan beberapa eksekusi. Rama (Iko Uwais) terpaksa menyamar dan masuk ke jaringan mafia Jakarta untuk melindungi keluarganya. Dari situ, dia harus bertahan hidup di tengah-tengah peperangan antar geng.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Berbeda dari film sebelumnya, The
Raid 2 lebih kaya akan plot dan penonton akan dibuat mengerti, gambaran yang
lebih besar dari The Raid pertama. Perang antar geng, perebutan kekuasaan, dan
dendam menjadi kemasan dari berbagai gerakan bela diri nusantara yang
dipertunjukkan. Alur maju-mundur yang ditampilkan pada sekitar seperempat
bagian pertama dikemas dengan superb untuk memperkenalkan beberapa karakter
utama di film ini. Kompleksitas cerita di The Raid 2 juga sangat menghibur dan
<i>gak</i> terkesan monoton. Iko Uwais yang berperan sebagai Rama masih memperlihatkan
gerakan-gerakan bela diri yang fantastis. Jadi tetap, seperti The Raid pertama,
penonton bakal kesulitan bernafas dengan jeda kebrutalan yang rapat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"> Jangan
harap tokoh antagonisnya akan seperti
Tama (Ray Sahetapi) yang punya kegilaan seperti Joker. Gareth Evans <i>gak</i>
terjebak pada kesuksesan membentuk karakter Tama dan membuat karakter-karakter
antagonis yang berbeda lainnya. Sebut saja Bejo (Alex Abbad), bos pincang yang
selalu mengumbar ambisi untuk melewati batasan, Bangun (Tio Pakusadewo),
pemimpin keluarga mafia yang sangat <i>cool</i>, hingga Topan (Epy Kusnandar), pemilik
perusahaan video porno dan mungkin sebagai <i>ice breaking </i>pertama dari berbagai adegan
laga sebelumnya. Tentu jangan lupakan duo karakter yang menurut <i>gue</i> diciptakan dari sebuah
kecerdasan yang langka, Hammer Girl (Julia Estelle) dan Baseball Bat Man (Very
Tri Yulisman). Kedua karakter tersebut mencuri perhatian dari hiruk-pikuk
perang antar geng. Jika Mad Dog di film pertama adalah headliner, di sini Yayan
Ruhian memerankan tokoh yang lebih membumi, Prakoso. Sama-sama pembunuh yang beringas,
tapi pada Prakoso lebih terlihat kerapuhan manusiawinya -- dan dia punya selera
wanita yang bagus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"> Adegan
pengejaran mobil di film ini adalah yang terbaik yang pernah <i>gue</i> tonton! Di sini
gak cuma terlihat mobil saling bertabrakan, terguling, kaca pecah, orang pindah
mobil, dan lain sebagainya. Adegan Rama berkelahi dalam mobil yang cukup
panjang membuatnya terlihat sangat realistis. Dari sisi sinematografi, adegan
ini kaya dengan berbagai <i>angle</i> kamera, membuat penonton dapat melihat adegan
pengejaran dengan lebih komprehensif. Penonton akan dibuat terheran-heran
dengan beberapa momen “bagaimana mereka membuat adegan itu?!”. Tapi mungkin
pertanyaan yang paling mengherankan adalah, bagaimana mereka membuat jalanan
Jakarta “sesepi” itu?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"> Ada beberapa
<i>flaw </i>yang cukup menggelitik seperti: hei, Rama punya kakus sendiri di selnya,
untuk apa dia ke buang air di luar dan akhirnya membuat dia dikeroyok? Kemudian,
entah apa yang datang ke pikiran gila-absurd-nan-cerdas Gareth Evans untuk
membuat latar paling ‘random’ di film ini dan mungkin film Indonesia lainnya, salju
di Jakarta. Awalnya <i>gue</i> mengira, film sedang menceritakan adegan di Jepang,
tapi kemudian terlihat gerobak "Lomie Ayam". Lalu, yang cukup mengganggu, latar musik
dengan intro yang aneh saat Rama tiba di apartemen barunya dan mengganti sim
card handphone-nya. Terakhir, sub judul Redemption <i>kayaknya</i> lebih tepat disematkan di film kedua ini</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">How Brutal is it?</span></h4>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Seperti yang <i>gue</i> bilang
sebelumnya, bernafas menjadi kegiatan paling langka saat nonton film ini.
Beberapa formula kebrutalannya masih sama dengan The Raid pertama, tetapi
banyak hal-hal baru di film kedua. Mungkin bisa gue sebutkan beberapa di
antaranya, luka tusukan yang terlihat jelas dari lubang pagar, sayatan yang
dalam dan lama, tubuh terlindas mobil, kepala pecah ditembak, dan lainnya. Tentang
kepala pecah, kalian pasti pernah menonton Terminator 2: Judgement Day, di mana
kepala T-1000 terbelah ditembak Schwarzenegger. Jika pada Terminator yang
terlihat di kepala T-1000 adalah zat seperti logam cair, pada The Raid isinya
adalah...ya isi kepala.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Secara keseluruhan, ini adalah
film yang sangat harus ditonton para pencari ketegangan atau vampir haus darah.
Film ini adalah sebuah Monalisa, Concorde, pendaratan pertama di bulan, karya
yang patut dibanggakan oleh Gareth Evans dan mungkin perfilman Indonesia. Sebuah
karya sadis yang entah bagaimana Gareth Evans atau orang lain akan menyaingi
atau melebihinya lagi, tapi jika ada tentu akan luar biasa. Terakhir, saya
turut berduka untuk para korban yang tewas mengenaskan di film ini demi
menghibur penonton, baik polisi ataupun para kriminal. Pada saat melahirkan,
ibu kalian tentu tidak menyangka dan tidak ingin anaknya menjadi kriminal dan
mati secara mengenaskan. Istri dan anak kalian yang menunggu di rumah pasti tidak ingin bapaknya mati
dengan kepala pecah berlumuran darah akibat dijedotkan ke tembok atau lantai
berulang kali. Well, paling tidak
kematian kalian SPEKTAKULER!</span></div>
Panji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8795608825021022492.post-71845247386820321242014-03-17T05:45:00.001-07:002014-03-17T06:23:28.638-07:00Ronggo: Wahana Malaikat<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Malam ini jangkrik riang berbunyi di balik rimbunnya
semak-semak. Bintang berpendar dan cahaya dari bulan bulat penuh membuat
beberapa bayangan pepohonan terlihat romantis, misterius, dan menyeringai.
Namun, cahayanya enggan untuk mencapai lantai hutan. Hutan Lembu Ireng.
Karenanya, Ronggo yang sendirian memasuki gelap hutan, membawa obor untuk
menemaninya melewati jalan setapak di tengah alas. Pemuda berperawakan agak kurus
itu baru saja pulang dari Kampung Banyu Abang dibalik gunung.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebenarnya
dia agak ragu untuk pulang sendiri malam-malam begini dengan melewati hutan.
Tadinya dia ingin menginap saja di rumah Pak Mikun usai mengantarkan
singkong-singkong pesanannya. Tapi dia merasa tidak enak pada Pak Mikun, dan
dia berpikir nanti ibunya akan khawatir kalau tidak cepat pulang. Apa daya, ini
memang salahnya. Tadi dia berangkat terlalu sore untuk mengantar singkong,
sebab dia memotong beberapa bambu dahulu untuk menyelesaikan kandang ayamnya.
Lima telur ayamnya menetas beberapa hari lalu. Jadi dia membuatkan tempat lagi
untuk ayamnya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di
tengah rimbunnya hutan yang gelap, pikirannya campur aduk. Entah apa atau siapa
yang sekarang mungkin sedang mengamatinya atau yang mungkin ditemuinya nanti.
Bisa saja di balik semak di depannya, muncul macan yang sebulan lalu sempat
terlihat oleh Pak Parwoto saat sedang mengambil kayu bakar. Bisa saja dia
bertemu sosok sapi hitam yang kabarnya muncul untuk membawa pertanda bencana.
Bisa aja <i>memedi</i> di pohon beringin
selanjutnya memperlihatkan diri, mengayun-ayun menggodanya. Tiap langkahnya menimbulkan bebunyian yang
dipikirnya mungkin akan membangunkan beberapa dari penghuni hutan tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat pikirannya sedang penuh dengan
ketakutan-ketakutan, di ujung penglihatan matanya, seberkas cahaya muncul dari
balik gunung di seberang kanannya. Seketika Ronggo menoleh terkejut. Ternyata
cahaya yang dilihatnya benar-benar nyata. Cahaya itu melayang jauh di atas
pohon-pohon rimbun. Ronggo terpaku. Dia merasa ingin lari secepatnya, tetapi
dia terlalu penasaran dengan apa yang dilihatnya. Ternyata itu benda bulat
pipih, mengeluarkan beberapa cahaya sekuning matahari. Benda itu terlihat
berputar dan mulai bergerak menuju ke arah Ronggo berdiri. Terkejut, Ronggo
mulai panik. Dia berusaha berpikir cepat untuk memutuskan apa yang akan
dilakukannya. Benda itu mulai terbang melewati lembah. Kemudian dia melihat
obor yang dibawanya. Mungkin itu yang membuat benda terbang itu mengetahui
keberadaannya. Dia dengan segera menjatuhkan obor itu dan mematikan apinya dengan
tanah. Tapi sudah terlambat. Benda itu
sudah berada di hadapannya dengan jarak selemparan batu, melayang di atas
jurang. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Ronggo gemetar ketakutan. Dia
perlahan mundur. Tetapi, tanaman rambat membuatnya terjatuh. Sekarang dia hanya
bisa terpaku menatap benda itu. Dari dekat, benda itu terlihat berwarna perak,
seperti cawan di meja rumah Bupati Kulonan. Sekarang benda itu bergerak, dia
bisa mendengar suara kecil berbunyi seperti memasak air di ketel. Sekarang
benda itu tepat berada di atas kepala Ronggo. Giginya gemerutuk. Tatapannya
penuh tanya dan takut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Sebuah pintu terbuka dari benda
itu. Di dalamnya ternyata cahayanya lebih terang. Tangga keluar dengan
sendirinya dari pintu itu. Ronggo yang masih terduduk, memundurkan badannya
sedikit, memberi tempat pada tangga yang turun tepat di depannya. Dia kemudian
mendongak ke arah pintu yang terbuka. Yang terlihat hanya cahaya putih terang
dari dalam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="text-indent: 36pt;">Mata Ronggo masih terbelalak takjub. Perlahan
dia berdiri. Rasa penasarannya semakin menjadi seiring nafasnya yang memberat.
Tanpa sadar dia sudah melangkah di titian kedua tangga. ‘Kapan aku mulai
melangkah?’ pikirnya. Berusaha memberanikan diri, dia naik lagi ke titian
selanjutnya. Tiap langkahnya dipenuhi dengan tanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Sesampainya di ambang pintu,
Ronggo melihat di dalamnya ada tiga sosok. Berkepala panjang. Tetapi wajahnya
seperti manusia pada umumnya. Hanya saja lebih bersih dari pemuda kampungnya
yang semuanya biasa <i>ngangon</i> sapi.
Pakaian mereka putih, tebal, tapi tetap dapat bergerak leluasa. Dalam pikirannya
itu mirip baju perang yang terbuat dari kain tebal. Ronggo kemudian menyadari
bahwa dia sebenarnya sedang berada di dalam sebuah kendaraan terbang. Di dalamnya, banyak benda-benda kecil yang
beberapa di antaranya bersinar. Ada juga beberapa kotak yang berisi garis-garis, dan tulisan yang tidak
dimengertinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Mendekatlah!” salah satu sosok
yang di tengah memanggil Ronggo.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Ronggo terlihat ragu. Dirinya
memang pemalu. Terutama dengan orang asing, apalagi yang berkepala panjang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Kemari! Jangan ragu!” panggil
sosok tersebut ramah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Ba...Baik.” jawab Ronggo seraya
melangkah mendekat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Setelah beberapa langkah Ronggo
mendekat ke mereka, pintu di belakangnya menutup dengan sendirinya. Dia
menoleh. Sesaat dia sadar, dirinya tidak bisa kemana-mana jika terjadi sesuatu
padanya. Kemudian, dia berbalik kembali menatap ketiga sosok misterius ini</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Salam. Saya Abil.” Ujar sosok
yang di tengah, memperkenalkan diri dengan menjulurkan tangannya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Saya...Saya Ronggo.” Ronggo
menyambut tangan itu. Ronggo kemudian sedikit mengerenyitkan dahi. Mungkin dia
merasa sedikit aneh bersentuhan dengan sosok asing tersebut. Jika diperhatikan,
memang tangan makhluk ini tidak berkuku dan sedikit lebih halus dari pada
tangan orang biasanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Kami tahu siapa kamu. Kamu orang
baik. Kami memperhatikan kamu selama ini.“ Kata Abil setelah mereka berjabat
tangan. “Kami datang dari langit. Dari salah satu bintang yang mungkin kamu
lihat setiap malam. Selamat datang di wahana angkasa kami.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Ronggo keheranan. Apa yang
didengarnya tidak mudah untuk dicerna oleh kepalanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Saya Raki, dia Isaf.” Sosok di
sebelah Abil memperkenalkan diri dan rekannya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“R...Raki?” Tanya Ronggo.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Raki mengangguk pelan dibarengi
senyum. “Mari, kami di tunjukkan sesuatu!” Ajaknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Mereka mengajak Ronggo
mengelilingi wahana mereka. Ronggo ditunjukkan sebuah benda berbentuk kotak.
Isaf kemudian menekan sebuah benda kecil yang ada di bawah kotak itu. Dengan
ajaib, di dalam kotak itu langsung muncul gambar-gambar bergerak, bahkan
bersuara! Sekejap Ronggo menarik kepalanya, terkaget. Dalam kotak tersebut
terlihat gambar bintang-bintang dan beberapa benda besar bulat yang melayang di
langit gelap. Sesaat kemudian gambarnya berganti, membuat Ronggo seperti
terbang di atas lautan, hutan dan pegunungan hijau. Lalu, gambar berubah lagi
menjadi hewan-hewan di berbagai lingkungan: hutan, padang rumput, hamparan
pasir, dan bahkan air beku. Beberapa hewan belum pernah dilihat Ronggo. Dia
tersenyum saat muncul gambar hewan yang lompat-lompat sambil membawa anaknya di
perut, sebelum akhirnya terkejut saat gambarnya berganti menjadi makhluk
seperti manusia raksasa berbulu yang terlihat makan buah di pinggir padang
rumput. Setelah beberapa gambar lainnya, muncul gambar rumah Ronggo yang
diambil dari atas. Bahkan, terlihat Ronggo yang sedang mengikat
singkong-singkong. “<i>Loh</i>....<i>loh</i>, <i>iku</i>
aku! <i>Iku</i> aku!” Seru Ronggo terkejut.
Berbagai macam gambar selanjutnya muncul dari kotak tersebut, ada juga berbagai
gambar manusia dalam segala kondisi, hidup, mati, terbakar, cantik, kurus,
gemuk, dan sebagainya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Tak lama, Isaf menekan kembali
benda kecil di bawah kotak. Sekejap, gambar-gambar di kotak menghilang, hanya
menyisakan warna hitam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Itu adalah duniamu, semestamu.” Ujar
Isaf sambil memandang Ronggo.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Abil maju selangkah, meletakkan
tangannya di bahu Ronggo. Ronggo gemetar. Dalam pikirannya, mungkin sekarang
mereka akan melakukan sesuatu pada dirinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Jelajahi semesta!” kata Abil
lembut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Ronggo terdiam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Abil melepaskan tangannya dari
bahu Ronggo. Mereka kemudian mengantar Ronggo ke pintu wahana tersebut. Pintu
terbuka. Ronggo pun turun. Ternyata dia sudah berada di dekat kampungnya. Dia
diturunkan tepat di sebelah kebun Pak Sabdo. Setidaknya dia tidak perlu obornya
yang tertinggal di hutan untuk sekadar pulang ke rumah. Setelah, pintu menutup,
wahana tersebut langsung terbang, melesat menjauh nyaris tanpa suara. Ronggo
memandangi hingga wahana itu menjadi cahaya kuning kecil menjauh di cakrawala
malam, tersamarkan bintang-bintang yang tersebar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Semoga kita tidak salah orang.” Kata
Abil pada kedua rekannya sambil mengendalikan wahana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Seperti katamu tadi, dia orang
baik.” Isaf meyakinkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Ya. Ini akan menjadi proyek yang
panjang.” Ujar Abil</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Tenang, anggaplah seperti
liburan panjang di daerah tropis. Yah, setidaknya selama proyek ini, tidak setiap
hari kita akan bertemu Jenderal Yarrah.” Sambung Raki.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Hahaha.” Mereka tertawa. Lelucon-lelucon
kecil lainnya menemani mereka menembus malam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Ibu...Ibu!” Panggil Ronggo
sambil mengetuk pintu rumahnya berulang-ulang kali.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Ibunya yang sudah menunggu Ronggo
pulang sambil menganyam <i>suket</i>, bangun
dari tempat duduknya. “<i>Iyo</i>, <i>iyo</i>.” Kata Ibunya sambil memutar balok
kayu pengunci pintu. “Kamu itu dari mana saja, <i>sih</i>?” Tanya Ibu sedikit kesal. “<i>Wis
wengi ngene</i>, baru pulang.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Bu, bu. Aku...aku” Ronggo
menelan ludahnya sejenak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“<i>Opo</i>? <i>Ngomong sing </i>jelas. Kayak
habis lihat <i>medi wae</i>.” Potong Ibu.</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
“Aku diajak malaikat!”</div>
Panji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8795608825021022492.post-46000374827534111582011-10-11T23:46:00.000-07:002011-10-13T01:05:18.638-07:00Limelights - Untold Stories (Rekomendasi Album)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR8cm5rthUCGi0j2Ot_L4foPkIpUcpIbqNk6_44Sl5U_HQpDsMuTPVNMLGY1Nj4rwjcjiJDEvPelghy1gKUoXrZeuAIfckgf9xN9GYnzKU0GY3Bk3uJc_lePq0dGNLTM7I-c4XTA2aXN0/s1600/204404_1688805860109_1236581062_31511411_370795_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR8cm5rthUCGi0j2Ot_L4foPkIpUcpIbqNk6_44Sl5U_HQpDsMuTPVNMLGY1Nj4rwjcjiJDEvPelghy1gKUoXrZeuAIfckgf9xN9GYnzKU0GY3Bk3uJc_lePq0dGNLTM7I-c4XTA2aXN0/s400/204404_1688805860109_1236581062_31511411_370795_o.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Berhubung belum ada satupun media ataupun jurnalis musik yang sudi ngasih komen ni album, akhirnya terpaksa ngasih testimoni sendiri. hehehe, narsis dikit... :p</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Album ini adalah album ketiga Limelights, setelah mini album pertamanya "Nine Lives" di tahun 2008 dan "Dawn and Twilight" di tahun 2009. Album yang proses pembuatannya ngabisin waktu sampe hampir 3 tahun ini isinya ada 4 lagu + 2 <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bonus track</i>, dan semuanya bisa didownload di <i style="mso-bidi-font-style: normal;">link</i> yang ada di dalam album. Nama "Untold Stories" diambil dari nama band ini sebelum berubah jadi Limelights. Intinya, lagu-lagu di album ini adalah beberapa cerita yang gak bisa kami ekspresikan di kehidupan nyata. Yaa, kalo secara psikologi, ni album adalah bentuk<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> defense mechanism </i>bernama <i style="mso-bidi-font-style: normal;">substitution</i>. Langsung aja kite bedah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">track</i>-nya, cekidooot..</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="color: red;">SPIRIT-HIGH</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Single paling gahar dari seluruh lagu Limelights yang pernah dibuat. Ini juga merupakan lagu pertama yang kita sebagai satu band. Masih terasa banget sentuhan grunch-nya dari distorsi-distorsi gitar gue dan Fauzi. Makanya, buat beberapa orang, kita macam band grunge, hanya saja kami terlalu imut untuk dibilang gitu. Sandy juga gebukin tuh drum dengan mantap dan lugas. Sayang vokal Pandu belum bener-bener kebentuk di lagu yang direkam tahun 2009 ini. Lagu ini jadi lambang supremasi Limelights sebagai band rock, terutama waktu ngikutin World Rock Band Contest (kompetisi online konyol) dan berhasil dudukin <i style="mso-bidi-font-style: normal;">chart </i>nomor 1 dunia selama kurang lebih 1 bulan. <a href="http://www.youtube.com/watch?v=RzeOKAojK-Y&feature=related%20" style="color: #cc0000;">Video Clip</a> abal-abalan yang gue buat juga udah bisa diliat di Youtube. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><a href="http://www.youtube.com/watch?v=RzeOKAojK-Y&feature=related"><br />
</a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="color: red;">YOU DON'T KNOW WHAT IT'S LIKE (TO BE ME)</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Lagu rock yang terkesan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">jazzy </i>ini dibuat Sandy, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">the drummer</i>. Inspirasinya dateng dari lagu-lagu The White Stripes. Gue menambahkan beberapa unsur blues gagal di bagian solo. Vokal Pandu yang padu sama beat drum bikin ni lagu asik buat goyang-goyang dikit. Yang agak mengganggu, versi lagu ini di album Untold Stories suaranya dibuat terkesan timbul tenggelam, beda dari versi Nine Lives, maupun versi Untold Stories sebelum diaransemen ulang. Untuk cerita dari lagu ini sendiri itu ngegambarin tentang gimana orang yang gak dapet empati dari orang sekitarnya, gak ada orang yang mengerti tentangnya, dan sebagai luapan perasaan yang meledak-ledak dengan merendahkan diri. Karena tiap lagu di album ini berhubungan, jadi ceritanya bakal berlanjut di lagu-lagu berikutnya. Tenang, kami gak nyebarin virus kepesimisan. hehe..</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="color: red;">WHITE MARY</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Mendengarkan lagu ini adalah cara menghabiskan waktu enam menit yang cukup aneh mungkin. Bagaimana sakitnya patah hati tergambar jelas di lagu ini. Bass Arfin dan drum Sandy yang buka lagu ini membuat terkesan gelap dan dramatis. Ditambah petikan gitar Fauzi di verse yang bikin "merinding" dengan efek <i style="mso-bidi-font-style: normal;">reverb</i> sederhananya. Solo gitar gue mencoba menyayat di tengah lagu. Tapi mungkin buat orang yang gak lagi patah hati, lagu ini cukup membosankan, hehehe. Bayangin aja lo selama enam menit terjebak dalam empat nada kromatis yang dimainin berulang-ulang. Video clip dari lagu ini dibuat Pandu dengan menggunakan beberapa karakter dari cerita Zanza-nya. Videonya bisa dipantengin di link <a href="http://www.youtube.com/watch?v=fWKy_3ZTtLo" style="color: red;">ini</a>.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="color: red;">BREATHE AWAY</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ah, sampe juga di lagu ini. Sejauh ini, secara pribadi, ini lagu favorit gue yang udah direkam sama band ini. Gitar akustik Pandu membuka lagu ini dengan syahdu (asek). Gradasi lagu yang lembut diawal sampe klimaks yang total megahnya, membuat pendengar bisa dengan pelan masuk ke inti ceritanya, lalu terbawa emosinya. Warna lagunya emang mirip sama Alter Bridge dengan vokalis Nazril Ilham. Cerita lagu ini inspirasinya dateng waktu si Pandu ditinggal kuliah personil lainnya. hehe. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Oke, segitu dulu untuk album ini. Kalo mau tau gimana dua bonus track lainnya, dengerin aja di albumnya. Hehe. Sekadar bocoran dikit aja, dua bonus track itu judulnya “Anchors Aweigh!” dan “Breathe Away (Original Version). Silahkan aja jika mau bajak lagu kami. Tapi untuk yang mampu beli, wajib hukumnya untuk beli yang asli yak! Dan untuk para label dan produser yang keren, tolonglah bantu kami. T_T</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Bisa tengok-tengok ke halaman kami untuk tahu lebih bany<span style="color: red;">ak:</span></div><div style="color: #cc0000; font-family: Verdana,sans-serif;"><a href="http://www.reverbnation.com/limelights">Limelights' Reverbnation</a></div><div style="color: #cc0000; font-family: Verdana,sans-serif;"><a href="http://www.facebook.com/limelights.band">Limelights' Facebook Page</a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Panji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8795608825021022492.post-13172321244473543452011-10-10T23:04:00.000-07:002011-10-10T23:04:43.278-07:00(A)Hierarki<div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;">Aku terbangun<br />
Menghela nafas sebentar<br />
Oksigen membuatku tersadar<br />
Aku masih proletar<br />
Dunia masih mengingkar<br />
Ingkar persamaan derajat<br />
Ingkar menghargai perbedaan pendapat<br />
Ingkar hubungan tanpa strata<br />
Ingkar makna bersaudara<br />
Terpapar media<br />
Mengakar kebencian<br />
Mereka yang mengira tahu adalah mereka yang dibohongi<br />
Kekerasan adalah kekerasan<br />
Perbedaan tetap perbedaan<br />
Kekerasan lahir dari rahim kebencian atas perbedaan<br />
Kita sama dalam kedudukan<br />
Kita beda dalam pandangan<br />
Aku utopis<br />
Wajar<br />
Normal<br />
Aku kembali tidur</span></div>Panji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8795608825021022492.post-1640486448983527572011-10-10T12:32:00.000-07:002011-10-10T22:40:18.755-07:00Jumbo Jet<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-vX5F6oDYUkM3IfsY_Pz3DDUNG_Q6YlZPCeIgt_pVT9L8Vf7aGftCgDQAuVoODoscJJXhPePY94MgpT0Tg1saDEAMiVPv85Y6ubp8WaPC46Z2vFVYNQ4sKa-wy0MfjCyorotI6w6Ek-E/s1600/320269_2035353129462_1413219591_31856064_1763626602_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-vX5F6oDYUkM3IfsY_Pz3DDUNG_Q6YlZPCeIgt_pVT9L8Vf7aGftCgDQAuVoODoscJJXhPePY94MgpT0Tg1saDEAMiVPv85Y6ubp8WaPC46Z2vFVYNQ4sKa-wy0MfjCyorotI6w6Ek-E/s1600/320269_2035353129462_1413219591_31856064_1763626602_n.jpg" /></a></div><br />
<br />
Anti gravitasi<br />
menembus semak<br />
Nikmati lautan dahak<br />
Aku adalah beratnya<br />
Melayang dalam bui yang retak<br />
Duri ditembakkan dari senapan<br />
Menyeruak setiap paduan sel<br />
Darah yang keluar dari mulut menganga<br />
Terbawa angin<br />
Terbawa dingin<br />
<br />
<div style="text-align: left;">Baja berhias borok<br />
Bahan bakar nanah murni<br />
Bawalah sebanyak mungkin!<br />
Satin<br />
Seksi<br />
Sakit<br />
Nikotin</div><br />
Menjauh dari munafik<br />
Menuju pulau tenang kerahasiaan<br />
Diam...<br />
Angin membelai<br />
Meraba hati<br />
Kutatap pesawat yang terparkir di samping kamar mandi<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Kandang, 00400050111011Panji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8795608825021022492.post-27993800010553258042011-10-09T22:43:00.000-07:002011-10-09T22:43:39.246-07:00Melambung<div style="text-align: center;">Terangkat jauh</div><div style="text-align: center;">Tinggi...</div><div style="text-align: center;">Meninggi...</div><div style="text-align: center;">Sangat tinggi...</div><div style="text-align: center;">Titik puncak</div><div style="text-align: center;">Gravitasi. Gravitasi. Gravitasi.</div><div style="text-align: center;">Intuisi dalam cepatnya gulir detik</div><div style="text-align: center;">Mati...</div>Panji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8795608825021022492.post-75633265887553422292011-10-09T22:31:00.000-07:002011-10-09T22:31:08.198-07:00LimbungAku telah lupa apa yang aku ingat<br />
Aku perih atas apa yang telah disembuhkan<br />
Aku sesak menghirup kesegaran harum raga<br />
Aku tuli akan simfoni serak merindu<br />
<br />
<div style="text-align: left;"> Tapi aku ingat akan harum raga</div><div style="text-align: left;"> Tapi aku sembuh dari rindu</div><div style="text-align: left;"> Tapi aku lupa akan perihku</div><div style="text-align: left;"> Tapi aku sesak tak dengar serak</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Menjauhlah....</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">H3 Psikologi UI</div><div style="text-align: left;">1230101011</div>Panji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8795608825021022492.post-12059676837519839242011-10-08T23:07:00.000-07:002011-10-08T23:07:05.278-07:00Tulisan Lucu (Mukadimah)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrqPeHYrf7QqykLSBWPMh0HQdMdy4RKNJ-Z0GJ2JLxNjpJ1kZBpVpp-iYgtUb7c2AdCdDK4jrAyZF8gmcHmsbMGUKU5p5ypfegmzvFUGgqTKIpYHT1M-YteAz2R9KQtWmGkKImMlSj41o/s1600/Pic0602001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div>Salam Lapar! (wih gile, mau juga baca tulisan ginian :p)<br />
<br />
Selamat datang di blog lucu (lebih cocok aneh) punya seorang mahasiswa yang lagi terapi di Jurusan Psikologi Universitas Indonesia, Panji Kadar Rahminto. Jujur, sampe sekarang gue curiga keterima di ni kampus gara-gara komputer pemeriksa UMB buatan China. Lo tau lah barang buatan Negeri Kuning. Pas meriksa sampe peserta ujian ke 100 doang masih benernya, mungkin gue dapet giliran 101 diperiksa, terus tuh komputer udah ngalamin <i>undetected error</i> (au ah apaan). But, yeah, gue bersyukur keterima. Bersyukur karena negeri ini gak mampu beli barang bagus dan reliabel untuk meriksa ujian. hahaha... kebanyakan disunat kali tuh duitnye. (Astaghfirullah, suudzon aje dah bawaannya ama Pemerintah).<br />
<br />
Oia, soal blog ini, beberapa hari ini kepikiran untuk buat blog, akhirnya jadi juga ni blog. Entah gue bakal nulis apa nantinya, yang penting punya akun dulu. Lagipula, udah waktunya punya tempat untuk nampung hasil garukan otak gue yang berupa ketombe-ketombe, bertebaran, tersusun acak dalam fantasi abstrak. Soalnya, menurut gue bahaya kalo ni ketombe-ketombe dari otak kagak dikeluarin. Akhirnya malah cuma jadi sekilas inspirasi doang, ngotorin otak, terus neuron-neuron lo nyambung-nyambung dengan formasi yang gak karuan, sebelum akhirnya apoptosis.<br />
<br />
Yaudah ye, awak tak pandai cakap-cakap pidato pembukaan. Nyang jelas, jangan bosen-bosen yak mampir ke sini. Maap yak kalo gak nyuguhin aer. Paling ntar kalo blog ini laku, gue sangonin dah Sugus (kayak gini termasuk iklan di blog gak? kali aja dapet bayaran dari perusahaan gula-gula kenyel itu) satu-satu. Makasih banyaaaak banget ya udah baca tulisan gak karuan ini. Kayak motivator-motivator yang gayanye macam orang MLM, ada kata-kata terakhir yang zuper, kata-kata lucu gue kali ini adalah "Jangan jadikan penulis blog ini lebih baik dari anda!" :)<br />
<br />
Salam Lapar! :D<br />
<br />
<br />
Mekdonal Cinere, 130091011<br />
jikapusingmembacapostinganiniberlanjutsegerabeliobatwarungya<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrqPeHYrf7QqykLSBWPMh0HQdMdy4RKNJ-Z0GJ2JLxNjpJ1kZBpVpp-iYgtUb7c2AdCdDK4jrAyZF8gmcHmsbMGUKU5p5ypfegmzvFUGgqTKIpYHT1M-YteAz2R9KQtWmGkKImMlSj41o/s1600/Pic0602001.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrqPeHYrf7QqykLSBWPMh0HQdMdy4RKNJ-Z0GJ2JLxNjpJ1kZBpVpp-iYgtUb7c2AdCdDK4jrAyZF8gmcHmsbMGUKU5p5ypfegmzvFUGgqTKIpYHT1M-YteAz2R9KQtWmGkKImMlSj41o/s320/Pic0602001.jpg" width="240" /></a></div>Panji Kadarhttp://www.blogger.com/profile/01826359468103491144noreply@blogger.com0